Sabtu, 07 Februari 2015

Terbelenggu Cinta Posesif

Kau hancurkan aku dengan sikapmu

Tak sadarkah kau telah menyakitiku

Lelah hati ini meyakinkanmu

Cinta ini membunuhku

(Syair lagu: ”Cinta Ini Membunuhku”, d’Masiv, 2008)


PETIKAN lagu itu mungkin bisa menggambarkan hancurnya hati Assyifah Ramadhani (18). Rasa cintanya kepada Ahmad Imam Al-Hafitd (19) justru membawanya ke bui. Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memvonis mereka 20 tahun penjara pada 9 Desember lalu karena terbukti membunuh Ade Sara Angelina Suroto.

”Gara-gara dia, saya seperti ini,” kata Assyifah saat ditemui di Rumah Tahanan Kelas IIA Jakarta Timur atau populer disebut Rutan Pondok Bambu, Jumat (19/12). Tinggal dalam penjara, terpisah dari orangtua dan kelima saudaranya, serta membuyarkan rencananya untuk kuliah sambil berbisnis.

Wajahnya yang semula berseri-seri saat dibesuk ayah dan ibunya langsung menunjukkan ketidaksukaan saat Kompas menanyakan hubungannya dengan Hafitd. Ia sudah berusaha mengubur segala kenangan dan perasaannya kepada Hafitd sejak kasus itu terjadi. Terlebih lagi, hingga kini, tak ada kata maaf terucap darinya.

Sementara Hafitd yang ditemui di Rumah Tahanan Kelas I Jakarta Pusat atau Rutan Salemba, Selasa (23/12), menuturkan, tak ada lagi rasa cinta diantara mereka berdua. Namun, ia menolak jika dianggap dirinya yang membuat Assyifah jadi seperti sekarang. ”Ini tanggung jawab masing-masing,” katanya.

Hafitd mengakui, gara-gara cinta, ia bisa melakukan sesuatu di luar kehendaknya. Karena itu, agar tak mengalami perkara seperti dirinya, ia berpesan kepada remaja lain, ”Jangan terlalu obsesif saat pacaran.”

Meski tak lagi sejalan, Hafitd dan Assyifah kini berusaha memperbaiki diri, menjalani garis hidup yang belum tentu semua orang sanggup menjalani.

Kasus Hafitd dan Assyifah adalah sebagian dari sejumlah kasus pembunuhan berlatar belakang asmara remaja. Menurut catatan Kompas, kasus seperti itu terjadi tanpa mengenal kelas ekonomi dan sosial.

Siap kehilangan

Cinta muncul sebagai dorongan untuk melestarikan sesuatu atas dasar ketertarikan emosional. Cinta yang datang akan selalu diikuti rasa memiliki serta hasrat menjaga dan melindungi. Jika rangkaian rasa itu terganggu, muncul pertahanan diri untuk melindungi apa yang dimiliki.

Namun, pada manusia, cinta tak lagi sekadar rasa memiliki. ”Cinta pada manusia memiliki sentuhan rasional yang digerakkan korteks prefrontal di otak bagian depan,” kata Kepala Pusat Studi Otak dan Perilaku Sosial Universitas Sam Ratulangi Manado, yang juga Sekretaris Jenderal Masyarakat Neurosains Indonesia, Taufiq Pasiak.

Konsekuensinya, cinta pada manusia akan disertai pemikiran bahwa yang dimiliki itu bisa hilang. Sikap itu hanya bisa dicapai jika seseorang mampu menjaga jarak dengan yang dicintainya karena yang ia cintai bukan dirinya. ”Cinta sejati dan bernilai tinggi adalah cinta yang siap kehilangan,” katanya.

Namun, kesadaran itu kerap tak muncul pada remaja. Mereka yang baru mengenal romantika belum mampu menjaga jarak dengan yang dicintainya.

Ketidaksiapan remaja menghadapi ”hilangnya” yang ia cintai membuat asmara remaja kerap diwarnai tragedi. Putus pacaran yang sebenarnya soal biasa berubah jadi drama yang menguras emosi. ”Putus adalah konsekuensi logis dari pacaran,” kata psikolog klinis Universitas Bina Nusantara, Jakarta, yang risetnya fokus pada relasi romantis pranikah, Pingkan CB Rumondor.

Pacaran adalah tahap saling mengenal antara laki-laki dan perempuan, mengenali perilaku diri dan pola relasi dengan pasangan, serta mengevaluasi hubungan yang dijalin, akan diteruskan hingga pernikahan atau tidak. ”Putus berarti ada kesadaran atas ketakcocokan antara dua individu,” katanya.

Sedih saat putus cinta adalah respons sehat. Namun, harus dijaga agar kesedihan itu tak berkepanjangan sehingga bisa segera mengambil pembelajaran atas hal yang sudah terjadi dan siap menatap langkah baru.

Masalahnya, remaja dan orang dewasa awal berusia 18-22 tahun sering berpacaran dengan tujuan berbeda, mulai dari hanya ingin bersenang-senang, karena tekanan teman, demi kebanggaan diri, hingga ingin bereksperimen soal seks. ”Agar pacaran sehat, tujuan pacaran harus diingat,” ujarnya.

Pacaran sehat mirip persahabatan, saling berbagi emosi, tetapi ada ikatan ketertarikan dan rencana jangka panjang. Karena itu, pacaran sehat bisa jadi media saling mengeksplorasi potensi diri dan pasangan.

Jika muncul sikap posesif, tuntutan, dan keharusan melakukan sesuatu atau pembatasan melakukan hal positif sebelum pacaran, itu gejala pacaran tak sehat. Terlebih lagi jika terjadi kekerasan, baik fisik, verbal, maupun emosional.

Orangtua

Perilaku pacaran remaja, kata Pingkan, terkait erat dengan kelekatan hubungan antara anak dan orangtua yang dibangun sejak bayi. Kelekatan itu menentukan persepsi anak tentang bagaimana ia seharusnya diperlakukan dan bagaimana ia mesti memperlakukan orang lain. ”Sikap responsif orangtua akan memunculkan persepsi anak bahwa apa pun yang terjadi, dia tetap berharga,” katanya. Ia akan melakukan sesuatu karena punya tujuan, bukan karena ingin dihargai.

Orangtua responsif mendorong anak terbuka, mau bercerita apa pun dengan orangtua. Keterbukaan itu bisa jadi pintu masuk bagi orangtua menanamkan nilai-nilai positif, termasuk soal pacaran dan risikonya.

Hubungan anak-orangtua yang tak nyaman akan menghasilkan hubungan dengan orang lain, termasuk pacar, yang tak nyaman. Bahkan, mereka sulit keluar dari pacaran yang menimbulkan tekanan jiwa.

Hal senada diungkapkan Taufiq. Keluarga sejatinya adalah tempat berpulang atas segala masalah remaja. Namun, seiring semakin longgarnya nilai di masyarakat dan lemahnya mutu pendidikan di lembaga formal, peran keluarga justru kian surut. Padahal, hanya dari keluarga yang hangat, lahir remaja-remaja tangguh yang mengarungi dunia, termasuk menghadapi problematika cinta.

13 Tips Jauhkan Anak dari Pornografi

Kasus video porno artis sempat mengguncangkan masyarakat. Tak hanya orang dewasa, anak-anak kecil pun kerap mendengar mengenai masalah itu, antara lain lewat tayangan media, teman-teman, atau orang sekitar. Tak heran jika para orangtua merasa khawatir anaknya terekspos materi pornografi yang sudah sangat bebas. Di bawah ini adalah beberapa poin yang bisa Anda terapkan supaya anak terhindar dari pornografi:

1. Tunjukkan wewenang Anda sebagai orangtua.
Lakukan hal ini secara bijaksana dan lembut. Tunjukkan bahwa Anda tetap orangtuanya walau hubungan Anda dengannya terjalin seperti sahabat.

Sebagai orangtua, Andalah yang berhak mengambil keputusan akhir tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan keamanan anak. Anda berhak mengetahui siapa saja temannya, di mana ia berada, dan apa yang sedang ia lakukan.

2. Berikan contoh yang baik.
Orangtua adalah yang pertama kali akan dicontoh anak di rumah. Jika ingin anak berperilaku baik, Anda juga harus melakukan hal yang sama. Jangan malah ikut-ikutan mengunduh video porno.

3. Pasang pengaman di komputer atau televisi.
Saat ini tersedia banyak software yang bisa digunakan untuk mencegah dibukanya situs-situs porno di internet atau saluran-saluran khusus dewasa di televisi. Pasanglah software itu di rumah sebagai pengamanan.

4. Kontrol "password" internet.
Jangan berlakukan sistem otomatis pada sambungan internet di rumah, melainkan terapkan sistem manual. Saat anak masih kecil, yang boleh mengetahui password ini hanya Anda dan suami. Ganti password secara teratur supaya keamanannya terjaga.

5. Letakkan komputer atau televisi di ruang publik.
Maksudnya, ruangan yang dipakai bersama-sama anggota keluarga lain, misalnya ruang keluarga. Dengan demikian, Anda bisa mengawasi apa saja yang sedang ditonton atau diakses anak.

Hindari memberikan komputer atau televisi pribadi sepanjang anak belum membutuhkannya. Namun, jika ia memilikinya, Anda harus mengetahui password komputer atau akun jaringan sosialnya supaya tetap bisa melakukan pengawasan terhadap anak.

6. Buat aturan soal internet.
Selain menentukan waktu pemakaian internet, tentukan juga apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat menggunakan internet. Poin-poin berikut ini, dari www.protectyourkids.info, bisa Anda terapkan padanya:
* Jangan pernah memberikan informasi pribadi di forum umum.
* Jangan membalas e-mail, obrolan, atau diskusi yang membuatnya merasa tidak nyaman.
* Jangan memberikan informasi atau foto kepada orang tak dikenal.
* Jangan memberikan password kepada orang lain, kecuali orangtua.
* Jangan klik link apa pun dari orang tak dikenal.
* Jangan langsung memercayai orang yang baru saja dikenal. Mereka bisa saja berbohong. Jadi, ia mesti selalu berhati-hati.
* Jangan mau diajak bertemu secara langsung oleh orang yang dikenal lewat internet.
* Jangan membeli barang apa pun atau memberikan informasi tentang kartu kredit tanpa seizin orangtua.
* Selalu beri tahu orangtua jika ada seseorang atau suatu hal di internet yang membuatnya tidak nyaman.
* Selalu ikuti aturan penggunaan internet dari orangtua.

7. Jangan berikan ponsel canggih.
Kalau anak memang membutuhkan ponsel, berikan ponsel yang paling sederhana, tanpa kamera, video, ataupun internet. Ponsel seperti itulah yang ia butuhkan saat ini. Katakan padanya bahwa fungsi utama ponsel adalah untuk berkomunikasi. Jika memerlukan internet, ia bisa gunakan komputer di rumah.

8
. Dampingi saat menonton televisi atau menggunakan internet, terutama untuk yang masih kecil.
Sebaiknya Anda yang memegang remote control-nya. Setiap kali muncul adegan yang kurang pantas, segera ganti salurannya dan tunjukkan ketidaksukaan Anda. Tujuannya agar anak menjadi terbiasa dan tahu bahwa yang seperti itu memang tidak pantas. Ia pun tak akan tertarik pada hal-hal semacam itu meskipun sedang tidak berada dalam pengawasan Anda. Lakukan tindakan yang sama pada media lain. Ketika ia sudah lebih besar, Anda bisa berdiskusi soal seks dan memberikan penjelasan lebih mendalam.

9. Sediakan waktu untuk keluarga.

Banyak orang mengakses pornografi karena merasa bosan dan tidak memiliki kegiatan lain. Inilah sebabnya keluarga sebaiknya menghabiskan waktu bersama-sama, setidaknya sekali seminggu. Ajak anak ke taman, makan di luar, atau yang lainnya, supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya supaya ia terhibur. Diskusikanlah dengannya mengenai kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi rasa bosan. Dengan demikian, ia tidak berpaling ke televisi atau internet untuk mencari hiburan.

10. Sertakan mereka dalam kegiatan bermanfaat.
Daftarkan anak dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya. Pilihan lain adalah bekerja sama dengan para orangtua di sekolah atau lingkungan rumah. Anda bisa menyediakan aktivitas kecil-kecilan untuk mereka, misalnya, mendirikan klub membaca atau melukis.

11. Periksa teman anak.
Bukan tidak mungkin anak mendapatkan materi pornografi dari temannya. Jadi, tidak ada salahnya jika Anda cermat memilih dengan siapa ia bisa bergaul. Kalau tahu bahwa teman anak suka dengan hal-hal berbau pornografi, bicaralah dengan orangtua teman anak tersebut.

Sebagai sesama orangtua, katakan bahwa Anda menginginkan yang terbaik untuk masa depan kedua anak. Apabila cara ini tidak berhasil, jauhkan anak dari sang teman.

12. Libatkan diri dalam kegiatan akademis anak.
Cari tahu apa saja yang diajarkan dan yang sedang terjadi di sekolah. Anda bisa berbicara dengan wali kelasnya. Utarakan keprihatinan Anda tentang isu pornografi. Bekerja samalah dengannya beserta orangtua lain untuk mencegah murid-murid terekspos pada hal itu di sekolah. Contohnya, dengan memasang sistem pengaman pada komputer-komputer di sekolah.

13. Beri penjelasan secara baik-baik dan dengan tenang.

Jika anak ketahuan sedang melihat materi pornografi, jangan langsung marah. Tanyakan baik-baik alasannya. Berilah penjelasan mengapa hal itu tidak pantas untuknya.

Kekerasan Seksual Dipengaruhi Film Porno

Sebagaimana berbahayanya narkoba, pornografi juga sangat mudah menghancurkan masa depan seorang anak. Sebuah penelitian menunjukkan, anak-anak yang akrab dengan tayangan film porno akan tumbuh menjadi orang dewasa yang menganggap kekerasan seksual sebagai hal biasa.Sikap permisif pada kekerasan seksual ini, menurut Michael Flood, peneliti, disebabkan mereka mendapat "pelajaran" dari media yang salah.
"Pornografi adalah edukator seks yang buruk karena menunjukkan hubungan seksual yang tidak realistis. Tidak ada film porno yang bisa menunjukkan keintiman, cinta dalam sebuah hubungan atau romantisme. Paling banyak sifat film porno adalah kasar dan kekerasan pada perempuan," kata Flood.
Flood melakukan penelitian bertajuk The Australian Research Centre in Sex, Health and Society. "Ada banyak bukti dari seluruh dunia bahwa pornografi berdampak negatif bukan hanya pada individu, tapi juga komunitas," katanya.
Dalam riset yang dilakukannya, ia juga menemukan bahwa anak-anak penggemar film porno ini di usia dewasa sering gagal membina hubungan dengan pasangan. Mereka juga lebih sering melakukan hubungan seksual tanpa ikatan.
Para peneliti dari University of Montreal menyebutkan, rata-rata seorang anak laki-laki pertama kali menonton film porno di usia 10 tahun.
Di Inggris, seorang bocah berusia enam tahun membawa gambar porno ke sekolah dan berakting melakukan adegan hubungan seksual saat jeda pelajaran.
"Ketika kami mendatangi rumahnya, sang ayah sedang mengunduh film-film porno dari internet dan ada banyak gambar porno bertebaran di rumah," kata John Carr, Sekretaris Children's Charities Coalition on Internet Safety.
Menurut Petra Boynton, psikolog, pada umumnya anak-anak melihat materi pornografi karena mereka merasa bosan dan kurang pengawasan. Oleh karena itu, ia mengingatkan para orangtua untuk memberi pemahaman masalah seks pada anaknya secara benar dan sehat.

Tertawa, Menyembuhkan tetapi Juga Bisa Mematikan

Mungkin kita sering mendengar manfaat dari tertawa. Bahkan, aktivitas itu pun disebut-sebut sebagai obat terbaik karena dapat menyembuhkan penyakit. Namun, menurut sebuah studi terbaru, tertawa bukan obat yang terbaik karena bisa juga membahayakan.
Menurut studi tersebut, di samping manfaat yang didapatkan, tertawa juga berisiko lebih dari yang diduga. Para peneliti mengatakan, bahkan seorang wanita dapat mengalami sindrom jantung kolaps dan meninggal setelah tertawa.
Selain itu, tertawa terbahak-bahak juga mungkin menyebabkan pecahnya jantung, robeknya tenggorokan, dan memicu bangkitan epilepsi. Pasokan udara yang cepat saat tertawa dapat memicu serangan asma. Serta, bagi mereka yang menderita inkontinensia urine dan hernia, tertawa terbahak-bahak juga dapat memperparah keadaan tersebut.
Para peneliti dari Birmingham dan Oxford University menganalisis data dari tahun 1946 hingga akhir-akhir ini untuk mempelajari manfaat tertawa pada tubuh manusia. Mereka melakukannya saat badut penghibur pasien didatangkan ke rumah sakit.
"Hasilnya, dosis tertawa yang tanpa dibuat-buat bisa membantu mengurangi berat badan. Ini karena aktivitas tersebut efektif membakar kalori. Jika dilakukan sepanjang hari, tertawa bisa membakar sekitar 2.000 kalori," ujar peneliti.
Calon ibu yang menjalani terapi kesuburan juga 36 persen lebih bisa hamil saat dihibur komedian dibandingkan dengan kelompok yang tidak. Tertawa juga berkaitan dengan penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes dan mengurangi kekakuan pembuluh darah dan meringankan tekanan.
Kendati demikian, para peneliti juga menegaskan, memasukkan humor dalam kehidupan sehari-hari juga memiliki risiko, meskipun kecil. Maka studi yang dipublikasi dalam The British Medical Journal tersebut mengingatkan untuk tidak berlebihan saat tertawa

Tertawalah, Manfaatnya Positif bagi Otak

Tertawa adalah obat terbaik. Bukan hanya bagi tubuh tapi juga untuk otak. Berbeda dengan respon emosional yang hanya terbatas pada area tertentu di otak, tertawa akan melibatkan berbagai area di seluruh otak.

Bukan hanya itu, sering mendengarkan humor dan melontarkan lelucon yang mengundang tawa juga mengaktifkan area otak yang penting dalam proses belajar dan kreativitas.

"Tertawa bisa membantu seseorang berpikir lebih luas dan menjalin relasi lebih bebas," kata psikolog Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence.

Oleh karena itu, warnailah hidup ini dengan tawa. Berikut beberapa cara untuk membuat kita lebih banyak tertawa.

- Tertawakan diri sendiri. Berbagi pengalaman yang memalukan dengan teman dekat misalnya.

- Bagikan. Kebanyakan orang akan senang menceritakan sesuatu yang lucu pada orang lain karena itu akan memberi kesempatan pada kita untuk tertawa lagi dan menemukan humor lainnya.

- Bergaul dengan orang yang fun. Ada orang-orang yang mudah tertawa, baik menertawakan dirinya sendiri atau sesuatu yang absurd. Berdekatan dengan orang-orang seperti ini bisa membuat kita tertular selera humor dan mudah tertawa.

- Perhatikan anak-anak. Mereka adalah makhluk yang ahli dalam bermain, melihat hidup secara santai, dan gampang tertawa

Sudah Direhabilitasi, Mengapa Kembali Pakai Narkoba?

Berhenti menggunkan narkoba memang tak semudah membalik telapak tangan bagi mereka yang sudah menjadi pecandu. Rehabilitasi selalu menjadi cara untuk membantu seseorang berhenti menggunakan obat-obatan terlarang itu.
Akan tetapi, rehabilitasi tak bisa menjamin mereka akan selamanya bebas dari narkoba. Semua tergantung pada individu masing-masing. Tak sedikit yang kembali menggunakan narkoba setelah berhenti selama beberapa tahun.
Seperti yang terjadi pada pemusik Fariz Rustam Munaf (56) atau yang akrab disapa Fariz RM. Setelah melewati masa rehabilitasi beberapa tahun lalu, ia kembali ditemukan tengah menyimpan narkotika jenis heroin, ganja, dan sabu di kediamannya di Perumahan Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Selasa (6/1/2015).
Dokter spesialis kedokteran jiwa Danardi Sosro Sumihardjo mengatakan, ada beberapa faktor yang memicu seseorang bisa kembali memakai narkoba. Kesulitan untuk benar-benar berhenti menggunakan narkoba salah satunya karena gangguan memori di otak.
“Seseorang yang pernah menggunakan narkoba jenis apapun itu punya memori bahwa menggunakan itu (narkoba) enak. Itu yang sulit sekali orang-orang itu lupakan. Sulit sekali untuk tidak mencoba lagi,” ujar Danardi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/12/2014).
Rehabilitasi membantu seorang pecandu melawan memori negatif tersebut. Faktor lainnya yaitu berdasarkan  karateristik  seseorang. Danardi mengungkapkan, seorang pecandu biasanya adalah orang-orang yang tidak kuat menghadapi tantangan, menyukai sesuatu yang instan, mudah cemas, hingga depresi.
Ketika mengalami masalah atau kesulitan dalam hidupnya, mereka bisa kembali mengingat nikmatnya saat memakai narkoba.
“Sering kali tidak bisa belajar dari hidup bahwa tidak ada hidup yang tanpa beban, tidak ada hidup yang tanpa kesulitan. Apabila dia merasa dalam hidup ini kok susah, merasa dipersulit, itu akan jadi inget lagi sama narkoba,” terang Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa ini.
Menurut Danardi, dukungan keluarga dan lingkungan sekitar sangat penting untuk mencegah seseorang kembali menggunakan narkoba.

Peran Keluarga Bantu Pecandu Lepas dari Ketergantungan Narkoba

Kehadiran keluarga sangat penting selama pecandu narkoba menjalani rehabilitasi. Pendampingan keluarga yang tak pernah putus dapat membantu pecandu narkoba untuk benar-benar berhenti menggunakan obat-obatan terlarang itu. Dalam rehabilitasi, keluarga pun ikut mendapat terapi.
“Peran keluarga itu penting sekali. Sangat penting. Makanya dalam suatu terapi itu ada yang namanya family therapy,” ujar Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Danardi Sosrosumihardjo saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/1/2015).
Psikiater akan memberikan masukan pada keluarga bagaimana mengatasi seorang pemakai narkoba ketika kembali ke rumah. Dukungan dari keluarga tak bisa berhenti setelah pecandu berhasil melewati proses rehabilitasi.

Menurut Danardi, tidak ada satu perlakuan sama yang diberikan pada orang yang sudah menjalani rehabilitasi karena ini tergantung karateristik seorang pengguna narkoba tersebut.
“Keluarga memahami bahwa ini suatu proses untuk sembuh, melepaskan diri dari narkoba. Terlalu di-protect juga salah, tergantung karakter orangnya maunya seperti apa. Prinsipnya adalah dibangun suatu kepercayaan, si orang yang memakai narkoba juga harus sadar. Ini individual sifatnya,” terang Danardi.
Selain keluarga, kerabat dan lingkungan sekitar juga berperan untuk membuat seseorang tak lagi terjerumus dalam narkoba. Menurut Danardi, utamanya memang butuh kekuatan dalam diri seorang pengguna narkoba terlebih dahulu untuk berhenti.
“Untuk tidak mencoba (narkoba) lagi harus punya power yang sangat kuat,” kata Danardi.

Danardi mengatakan, tidak ada rehabilitasi yang menjamin 100 persen seseorang akan berhenti menggunakan narkoba seumur hidupnya. Namun, rehabilitasi akan sangat membantu seseorang yang berniat berhenti narkoba.
“Rehabilitasi itu adalah senjata. Kalau kita mau menggunakan senjata itu dengan baik, kita bisa terbebas seumur hidup. Kalau tidak, jatuh lagi, dan jatuh lagi,” ujar dia.

Hindari Kekerasan Fisik Saat Menghukum Anak

Berbeda dengan pola asuh orangtua generasi terdahulu yang cenderung mendidik anak dengan keras dan otoriter, orangtua masa kini lebih bersikap "toleran" kepada anak. Semakin jarang orangtua modern yang memberikan hukuman fisik kepada anak yang dianggap "nakal".

Anna Surti Ariani, seorang psikolog anak dan keluarga, mengatakan bahwa menghukum anak sebenarnya boleh saja dilakukan asalkan anak sudah benar-benar tidak dapat ditegur secara halus. Namun, menghukum anak pun ada aturannya. Hukuman yang terlalu keras, misalnya hukuman fisik, bisa menimbulkan trauma pada anak.

"Prinsip menghukum anak, jangan ada kekerasan fisik," tutur Nina, panggilannya, dalam seminar edukasi bertajuk "Anak Sukses Berkat Orangtua Pintar" yang diadakan oleh Fonterra dan ChildFund di Jakarta, Kamis (20/6/2013).
Hukuman fisik berupa tamparan, cubitan, pemukulan, sebaiknya dihindari. Orangtua juga sebaiknya mampu menahan diri untuk tidak mengungkapkan kata-kata negatif saat menghukum anak.
Sebaliknya, hukuman bisa dilakukan dengan menyetrap ataupun mencabut hak anak. Namun, imbuh Nina, menyetrap atau mengondisikan anak dalam keadaan diam dan tidak boleh melakukan apa-apa dalam periode waktu tertentu juga ada aturannya.
"Bagi anak usia balita, penyetrapan sebaiknya tidak boleh dilakukan lebih dari satu menit. Penyetrapan juga tidak boleh dilakukan dengan posisi-posisi yang menyulitkan anak, seperti diikat di kursi, di tiang, menjewer telinga, dan sebagainya," papar Nina.
Sementara itu, penghukuman berupa mencabut hak lebih disarankan oleh Nina. Pencabutan hak dapat berupa tidak diberikan jatah camilan favorit atau tidak diperbolehkan melakukan kegiatan yang disukai anak untuk sementara waktu.

Jangan Anggap Sepele, 10 Gejala Ini Bisa Jadi Tanda Kanker

Walau sering kali kehadiran sel kanker tidak kita rasakan dan baru diketahui ketika sudah meluas, para ahli menyebutkan ada beberapa gejala yang sering dianggap sepele tetapi bisa jadi merupakan tanda kanker.

Batuk terus-menerus, sakit yang sulit untuk disembuhkan, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, dan perubahan cara kerja kandung kemih merupakan sebagian gejala kanker yang perlu diwaspadai.

Sebuah survei yang dilakukan oleh peneliti dari Cancer Research UK menemukan, hampir setengah dari orang yang memiliki setidaknya satu gejala utama dari kanker, memilih untuk tidak berkonsultasi dengan dokter dan hanya berpikir bahwa gejala yang mereka alami merupakan hal yang sepele.

Namun, para ahli menyarankan jika Anda atau anggota keluarga Anda menderita setidaknya satu dari 10 gejala tersebut, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter.
Adapun 10 gejala tersebut yaitu:

1. Batuk yang tak kunjung sembuh atau suara serak bisa menunjukkan kanker paru-paru.

2. Perubahan penampilan tahi lalat yang menjadi makin besar dan gatal bisa berarti Anda menderita kanker kulit.

3. Perubahan kebiasaan atau gangguan buang air besar bisa menjadi tanda kanker usus.

4. Sakit yang tidak sembuh-sembuh, tergantung lokasinya, jika di ulkus mulut bisa berarti kanker mulut.

5. Kesulitan menelan bisa menjadi tanda kanker esofagus.

6. Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan dan secara tiba-tiba dapat menunjukkan beberapa jenis kanker.

7. Perubahan terus-menerus dalam kebiasaan buang air kecil, ada darah di urine, bisa menjadi tanda dari kanker kandung kemih dan kanker prostat pada pria.

8. Munculnya benjolan bisa menjadi tanda peringatan dari berbagai bentuk penyakit.

9. Muncul rasa nyeri, tergantung lokasinya, dapat menunjukkan berbagai jenis kanker.

10. Pendarahan yang terus-menerus biasanya menunjukkan kanker usus atau kanker serviks.

Dr Katriina Whitaker, dari University College London, mengatakan, banyak orang sebenarnya memiliki salah satu dari gejala yang tertera di atas, tetapi mereka menganggap kondisi ini merupakan suatu hal yang sepele.

Kebanyakan mereka memilih tidak memeriksakan diri karena takut didiagnosis kanker, padahal mereka sudah memiliki salah satu gejala dari 10 tanda-tanda tersebut.

Terkadang gejala yang Anda alami belum tentu kanker, tetapi sebaiknya segala kondisi yang dialami langsung dikonsultasikan dengan dokter. Dengan demikian, setiap kondisi penyakit bisa diketahui sedini mungkin dan peluang kesembuhannya lebih besar