Minggu, 06 Oktober 2013

Warkop DKI, Dari Lima Sisa Tiga


 Jakarta, C&R Digital - Dari interaksi di kancah pergerakan, Kasino mengajak Indro bergabung. Formasi acara obrolan di warung kopi lantas jadi lima orang. Kasino, Nanu, Rudy Badil, Dono, dan Indro. Tak ayal, acara ini kian ramai. Dari situlah, Warkop Prambors mulai membesar. Semua media di Indonesia memberitakan. Tahun 1983, Warkop Prambors kehilangan Nanu yang meninggal akibat sakit ginjal. Sedangkan Rudy Badil memilih untuk menjauh dari dunia film. Warkop akhirnya tinggal bertiga;  Dono, Kasino dan Indro.
Embel-embel “Prambors” akhirnya dilepas, untuk menghindari pembayaran royalti pada Radio Prambors. Mereka memilih nama “Warkop DKI”.  Inilah masa keemasan trio warkop. Selain manggung, film-film mereka juga sukses di pasaran. Hingga pada tahun 1997 Kasino pun akhirnya meninggal dunia akibat tumor otak. Menyusul kemudian Dono, yang dipanggil Tuhan di tahun 2001.
Dono mengembuskan nafas terakhir, di Rumah Sakit St. Carolus, Jakarta Pusat. Ia meninggal dunia akibat penyakit tumor di bagian bokong yang sudah menjalar menjadi kanker paru-paru stadium akhir, dan menyerang lever. Ia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan. Prosesi pemakaman pelawak senior anggota Warkop DKI ini memang benar-benar mengharukan. Ribuan pelayat turut meneteskan air mata karena tidak kuat menahan kesedihan melihat kepergiannya.
Dari semua personel Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang ndeso. Dono bahkan pernah menjadi asisten dosen di FISIP UI jurusan Sosiologi. Ia juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar