Jakarta, C&R Digital - Setiap
pentas di luar kota, Miing selalu sekamar dengan Indro. Dono sekamar
dengan Kasino. Selama sekamar dengan Indro, Miing selalu berebutan soal
alat pendingin kamar. Indro, kata Miing, selalu menginginkan ruangan
dengan pendingin. Sedangkan ia sendiri tak tahan. ”Soalnya saya orang
kampung yang enggak biasa pakai AC,” kata Miing.
Suatu
hari di hotel Surabaya, Jawa Timur, Indro ingin tidur. Ia hanya
mengenakan celana dalam dan kaos. AC dinyalakan. Miing tak tahan. Ketika
Indro sudah terlihat mendengkur, diam-diam Miing mematikan AC. Ketika
hawanya tidak dingin, Miing baru bisa tidur. Namun belum lama terlelap,
Indro terbangun dan diam-diam menyalakan AC lagi. Begitu bolak-balik.
Cerita
lain, ketika pesawat baru mendarat di Surabaya, Miing demam. Kupingnya
terasa panas. Dalam kamar hotel, badannya menggigil. Demam tinggi.
Selimut tebal menutup tubuhnya. Dalam kondisi itu, Indro malah
menghilang dari kamar. Miing kaget. Pelan-pelan ia ke luar kamar. Dari
balkon tangga hotel, ternyata Indro ada di lobi hotel. Sedang merokok
dan ngobrol dengan pegawai hotel.
Sambil
teriak dan tertawa, Indro mengatakan. “Saya takut kamu entar mati di
kamar. Terus, saya yang yang kena jadi saksinya,” kata Indro. Miing
kesal tak kepalang. Miing bersaksi, Dono berbeda dengan Indro. Dono
adalah sosok yang serius dan sulit diajak komunikasi. Tapi sekali
bicara, ternyata enak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar