Jakarta, C&R Digital - Dono
juga pernah menjadi mahasiswa penting yang diburu oleh rezim Orde Baru
karena aksinya memasang spanduk bertuliskan "Jantung Soeharto". Selain
dunia akademis dan lawakan, hingga akhir hayatnya Dono, Nanu dan Kasino
tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.
Selain
dari lawakan, lewat film-filmnya para personel Warkop meraup kekayaan
berlimpah. Dengan honor Rp 15 juta per satu judul film untuk satu grup,
maka mereka pun kebanjiran uang, karena tiap tahun mereka membintangi
minimal dua judul film pada dekade 1980 dan 1990-an. Kala itu film-film
Warkop DKI selalu diputar sebagai film menyambut Tahun Baru Masehi dan
Hari Raya Idul Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.
Kelebihan
Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran
intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa
(yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan
perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.
Ini
dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu
mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian
menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias
Miing Bagito.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar