Minggu, 06 Oktober 2013

Warkop DKI, Sempat Diburu Rezim Soeharto

Jakarta, C&R Digital - Dono juga pernah menjadi mahasiswa penting yang diburu oleh rezim Orde Baru karena aksinya memasang spanduk bertuliskan "Jantung Soeharto". Selain dunia akademis dan lawakan, hingga akhir hayatnya Dono, Nanu dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.
Selain dari lawakan, lewat film-filmnya para personel Warkop meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15 juta per satu  judul film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena tiap tahun mereka membintangi minimal dua judul film pada dekade 1980 dan 1990-an. Kala itu film-film Warkop DKI selalu diputar sebagai film menyambut  Tahun Baru Masehi dan Hari Raya Idul Fitri di hampir semua bioskop utama di seluruh Indonesia.
Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka. 
Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar